Kamis, November 15, 2007

On Being a Good Father

Ah … the wonders of the Internet, gue bisa dengan mudah mendapatkan jawaban dari hampir semua pertanyaan yang pernah muncul di kepala gue. Setelah menulis tentang hikayat terlahirnya Tiara ke dunia, gue mulai bertanya-tanya apakah gue bisa jadi ay ah y ang baik? Untuk itu gue coba cari-cari jawaban di Internet.

Keywords: Good Father. Search Results: How To Be a Good Father – WikiHow. (http://www.wikihow.com/Be-a-Good-Father). Oke … Gue sekarang dapet ilmu baru dari para editor di wikiHow tentang cara untuk menjadi ayah yang baik. Sekarang gue coba instropeksi sejauh man ague udah nerapin the dos and don’ts.


Langkah pertama:

· Have fun. Fatherhood is a big responsibility but it is also a lot of fun. Show your kids that you enjoy being their father.


Kayaknya gue udah sadar banget betapa gedenya tanggung jawab buat jadi seorang bapak dan betapa “fun”-nya punya anak. Kalo dulu gue bener-bener “have fun” dengan kehadiran keponakan-keponakan gue yang kalo ditotal ada 13 ekor .. eh … orang, sekarang ada satu anak yang lucu buat diajak maen setiap saat. Tapi privilege itu tentunya disertai dengan tanggung jawab. Duh … beda banget rasanya! Kalo dengan keponakan, gue cuma dapet enaknya doang dan semua tanggung jawab itu ada di pundak abang-abang dan kakak-kakak gue. Sekarang gue ngerasain sendiri apa yang pernah dirasain mereka. Gue rasa gue gak punya masalah untuk nunjukkin betapa gue enjoy punya putri yang cantik dan lucu. Gue dah punya pengalaman sebagai “paman yang baik dan benar”, jadi gue tinggal bikin penyesuaian aja pada peran yang gue emban sekarang. Jadi gue kasih “check mark” untuk yang ini.


Langkah kedua:


· Consider your role as a father. What do you believe should be a father's role in raising children? How did you grow up perceiving fatherhood? The notions you were brought up with will influence your approach to being a father. Some common perceptions of a father's role are:

· The father provides, financially and emotionally, for his children, and should care for them too.

· The father's role is to discipline along with the mother. Make parenting a partnership, be on the same page about how to discipline your child and be consistent.

· A father should give his children affection and warmth - Don't be afraid to tell your child "I love you, I'm proud of you."


Gue kayaknya digedein oleh bokap yang nanemin persepsi tentang “fatherhood” seperti yang ada di poin pertama. Babe bener-bener berusaha keras untuk memberikan kecukupan buat anak-anaknya, baik secara finansial maupun emosional. Dia gonta-ganti profesi, dari mulai buruh pabrik batik di Pedurenan, tukang jahit, tukang susu, peternak sapi (sambil jual susu tentunya), buka warung kelontong (trus beralih jadi warung nasi – langganan tokoh-tokoh PARFI dulu – trus ganti haluan jadi rumah makan khas Betawi) di Kuningan, sampe akhirnya kena gusur dan Babe akhirnya memilih buat balik lagi jadi tukang jahit, supaya gue dan anak-anaknya yang lain bisa makan dan sekolah dengan baik. Di sela-sela kesibukannya, Babe masih sempet ngelayanin keinginan anak-anaknya buat main. Segala macem mainan bisa dia bikin – temen-temen gue sampe ngiri dulu, karena mainan buatan Babe kadang lebih hebat dari mainan yang dibeliin bapak-bapak mereka. Soal disiplin, Babe juga rada ‘streng’. Kalo anak-anaknya udah kelewatan nakal, gak segen-segen Babe ngegebuk kita. Satu-satunya kekurangan Babe mungkin cuma soal “showing affection”. Babe mungkin tipe jawara Betawi yang pantang bilang “sayang”. Tapi, pernah juga sih gue liat die nangis waktu gue sakit keras dan untuk bawa gue ke rumah sakit, dia harus rela ngejual harta simpanan kebanggaannya, 3 hektar sawah di Karawang.


Jadi mengingat cara Babe ngegedein gue, gue rasa gue udah punya ketiga persepsi umum tentang “fatherhood” di atas. Dengan teladan yang dikasih Babe sepanjang umurnya, gue mungkin akan bisa memainkan peran gue sebagai ayahnya Ara dengan baik. Tentunya dengan perbaikan dalam bidang “showing affection”. Untungnya, Ara adalah anak yang sangat affectionate, yang bisa dengan tiba-tiba ngedatengin gue dan Tia cuma untuk meluk dan bilang “Ara sayaaaaaang deh sama ayah dan mama” hanya untuk pergi lagi kembali main dengan mbak-nya.


Langkah ketiga:


· Build on tradition. Consider your roles and responsibilities as a father. Ask yourself which are most meaningful and pursue them to the best of your ability.


Gue rasa langkah ketiga ini udah tercakup dalam refleksi gua di atas. Kalo gue diminta buat nentuin mana yang paling penting artinya bagi gue, jawaban gue tentunya adalah kebahagiaan lahir batin untuk anak gue pada hari ini dan di waktu yang akan datang, dan saat ini gue sedang berupaya sebaik-baiknya untuk ngewujudin itu semua.


Langkah keempat:


· Respect your children's mother. Mutual respect between a child's parents is important whether or not the parents are married to one another. Children will mimic their parents' behavior. How you treat your child's mother will influence the way in which the child will view his or her own role when they become parents. Do not be afraid to stand up for your own views as a parent. They are equally as important and valuable as those of the child's mother who may or may not spend more time with the child.


Gue punya kebiasaan yang mungkin aneh kalo diliat orang lain. Setiap bangun tidur di pagi hari, gue dan Ara akan dulu-duluan cium mamanya (gue gak pernah menang, karena kalo gue menang Ara akan nangis sejadi-jadinya … hehehehehe!). Gue dan Tia berusaha untuk selalu keliatan rukun dan saling menyayangi di depan Ara (That’s not hard because we do love each other! Kapan kita terakhir berantem ya, ma? Gue lupa). Mungkin ini yang bikin Ara jadi begitu affectionate, bahkan sama benda mati sekali pun hehehehe ….. (Sayaaaaaang Andrian! – Hey, that’s a bolster, honey …No! This is Andrian, ayah …)


Langkah kelima:


· Spend time with and take responsibility for your children. Some fathers miss opportunities to spend time with their kids because they have competing responsibilities or interests that may or may not benefit them. However, once the opportunity has passed, it's gone and you can't get it back. It goes so fast, so make the time the best that it can be. If you don't establish an intimacy with your children when they're young, it'll be difficult to catch up when they're older and still need your help and support.


Aduh! Langkah yang ini ngingetin gue sama lagunya ABBA yang dinyanyiin Agnetha, “Slipping Through My Fingers”. Jangan sampe aja ini kejadian sama gue. (http://www.youtube.com/watch?v=f-egAyrL8EE)


Untuk langkah-langkah berikutnya:


· Be a teacher by both word and example.

· Show affection.

· Realize that a father's job is never done.


Kayaknya udah ikutan disinggung di refleksi gue di atas. Mudah-mudahan dengan bekal ini, gue bisa jadi ayahnya Ara yang baik dan benar …. Amiiin!

Tidak ada komentar: