Sabtu, Juni 13, 2009

The End of Kindergarten 1



Gak terasa sudah setahun Ara bersekolah di Embun Pagi International Islamic School. Begitu banyak perkembangan yang diraih Ara selama dia belajar pada semua guru di sekolahnya, khususnya Ms. Balqis dan Ms. Meilan yang menjadi guru kelas Ara di K1B. Ara yang semula manja telah bertansformasi menjadi anak yang percaya diri, mampu bersosialisasi, mampu berekspresi, berkarya dan, yang paling penting, beribadah.

Hari ini Ara menerima rapot semester 2. Berbunga-bunga hati kami mendengar penjelasan Ms. Balqis dan Ms. Meilan tentang perkembangan Ara yang cukup pesat. Dengan bimbingan mereka, Ara sudah bisa mengatasi semua kekurangan yang teridentifikasi pada semester 1. Sebagai satu-satunya anak di rumah, kami khawatir Ara akan bermasalah dalam bersosialisasi. Namun, betapa terkejutnya kami ternyata kekhawatiran kami tidak terbukti selama Ara bersekolah di TK Embun Pagi.

Sementara ada anak-anak yang tidak excited setiap kali harus berangkat sekolah, Ara justru menunjukkan sikap yang sebaliknya. Dia selalu tidak sabar untuk segera bertemu dengan guru-guru dan teman-temannya. Kami gak pernah mengalami kesulitan untuk membangunkan Ara di pagi hari untuk bersekolah, karena most of the time Ara sudah terjaga dari tidurnya. Ara begitu menikmati hari-harinya di sekolah. Semua orang di Embun Pagi telah berhasil membuat suasana belajar yang begitu fun and enjoyable buat Ara, sehingga dia tidak mau terlambat datang so that she would not miss any fun there. Kayaknya, kami akan kesulitan untuk menenangkan Ara selama liburan panjang ini untuk bersabar menunggu sampai waktunya masuk sekolah lagi dan bertemu dengan semua miss dan uncle di sekolah.

Kamis lalu (11/6/09), dalam acara Year End Concert di Teater Perwayangan TMII, kami mendapat sebuah kejutan yang tidak terkira. Di penghujung acara, ada pengumuman siswa-siswa terbaik dari semua kelas dan Ara adalah siswa terbaik untuk kelas Kindergarten 1 B. Ini benar-benar di luar perkiraan kami. Ara ternyata dapat mencapai lebih dari yang kami harapkan. Dan lucunya, pada saat dia dipanggil untuk naik ke atas panggung untuk menerima trofi, Ara ternyata menyangka dia akan disuruh menyanyi … Ah, dasar bocah nakal …. We love you soooo much, nak …

We would like to express our sincerest gratitude and appreciation to Ara’s teachers at Embun Pagi for everything that you have done for our little girl … You guys are the greatest !!

Minggu, Mei 31, 2009

30 April 2009

Tahun ini Ara genap berumur lima tahun. Karena satu dan lain hal, gue dan Tia akhirnya memutuskan untuk tidak merayakannya seperti tahun-tahun sebelumnya. Keputusan itu diambil setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, termasuk merayakannya bersama teman-teman sekelas Ara. Tapi, mengingat ada peraturan di sekolah Ara yang tidak membolehkan siswa untuk merayakan ulang tahun di sekolah (yang ternyata gak sepenuhnya ditaatin), akhirnya kita memilih merayakannya di rumah aja bersama orang-orang serumah.

Pagi-pagi, Ara kita bangunin dengan ciuman selamat ulang tahun. Walau sedikit mengantuk, Ara menyambutnya dengan senyuman dan minta ganti baju dengan baju baru kesayangannya. Begitu dia siap, gue dan Tia mengeluarkan kue ulang tahun yang kita pesen dari Eyang Maryadi sesuai dengan keinginan Ara: PINK. Prosesi ulang tahun sebagaimana layaknya dilakukan anak-anak pun dijalanin Ara sambil setengah mengantuk. Karena itu hari sekolah, Ara pun harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Hari itu gw gak masuk kerja karena agak kurang sehat. Setelah Ara berangkat sekolah, gue habiskan waktu buat kembali tidur setelah minum obat dengan harapan bisa menjemput Ara pulang sekolah dan langsung pergi ke toko mainan untuk membeli hadiah ulang tahun buat Ara. Sampai pada waktunya, gue pergi ke sekolah untuk menjemput Ara. Namun di sana gue mendapat “kejutan” karena ternyata ada teman sekelas Ara yang merayakan ulang tahun di sekolah. Ah, sudahlah … Gue udah tumpahin unek-unek gue lewat sebuah “note” di FB, jadi gak usah gue ulang di sini …

Sesampai di Buaran Plaza, kita berhenti sebentar di KFC karena perut udah lapar banget. Begitu kelar makan, Ara langsung mita pergi ke toko mainan dan minta dibeliin sebuah laptop mainan berwarna pink. Laptop itu udah jadi “mainan impian” Ara sejak sebulan sebelumnya. Sekali waktu kita pernah mampir ke toko mainan itu dan Ara meihat dan meminta dibeliin, tapi kita janji akan beliin dia laptop mainan itu pada hari ulang tahunnya. Sebuah janji sudah terbayar lunas hari itu ….

Permintaan Ara lainnya terkait dengan ulang tahunnya adalah pergi berenang ke Ancol dan melihat ikan di Seaworld. Maka pagi-pagi sekali pada hari Minggu, kita berangkat ke Ancol dan bersiap untuk berenang. Dasar rezekinya Ara, ternyata setiap hari Minggu Ancol punya acara “Sunday Market”, jadi tiket masuk gerbangnya jadi lebih murah dan ada voucher potongan harga untuk masuk ke kolam renang Atlantis. Jadilah kita bertiga masuk dan berenang sepuas hati dengan hanya menghabiskan separuh dari dana yang sudah kita anggarin. Karena berenang adalah agenda utama kita hari itu, maka kita pun menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya untuk bermain air di semua kolam yang ada di Atlantis. Ara bersenang-senang dengan semua slide yang ada di sana (yang buat anak-anak aja tentunya), hanya diseling dengan semangkuk Pop Mie hangat ketika perut mulai terasa lapar. Ah, benar-benar hari yang indah ….

Setelah puas bermain air, dan memang hari juga sudah siang dengan matahari yang sudah terasa menyengat di kulit, kami pun mengakhiri keriaan di dalam air hari itu untuk segera bilas dan ganti pakaian. Nasi goreng dengan telur ceplok menjadi menu makan siang kami hari itu. Tujuan berikutnya adalah Seaworld. Ara sebenarnya udah pernah kami ajak ke Seaworld, namun mungkin karena dia masih terlalu kecil, satu-satunya hal yang dia ingat adalah bahwa tangannya distempel di pintu masuk … hehehehe ….

Ketika kami masuk, ternyata waktunya bersamaan dengan waktu pertunjukan di mana beberapa penyelam memberi makan kepada semua mahluk laut yang ada di sana. Pengunjung pun berdesakan di depan akuarium utama. Ara pun dengan pedenya minta ijin untuk maju ke depan dan duduk di pelataran di depan akuarium itu bersama anak-anak lain. Di situ keliatan deh bahwa Ara anak Embun Pagi karena, meski gak ada satu pun yang dia kenal di situ, dia dengan mudahnya “blend-in with the crowd” dan beberapa kali mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan atau berteriak bareng-bareng anak-anak lain menyahuti pertanyaan si pembawa acara.

Setelah puas berkeliling Seaworld dan mengagumi semua jenis makhluk laut yang ada, kita pun bersiap pulang. Ara minta digendong karena sudah kecapekan untuk berjalan sendiri ke tempat parkir. Ara pun tertidur di pangkuan gue di sepanjang jalan menuju rumah …. Meski harus keluar uang rada banyak hari itu, gue bener-bener puas .. Senyum bahagia di wajah orang yang paling kita saying emang gak terkira nilainya … Happy birthday, my angel ….




Kamis, April 30, 2009

Playing By The Rule? NOT

Hari ini Ara berulang tahun yang ke-5. Entah kenapa, di hari yang spesial ini gue di-plot Tuhan untuk sakit sehingga gue gak bisa masuk kerja (mungkin karena akumulasi kelelahan setelah beberapa minggu belakangan ini gue bahkan harus melanjutkan bekerja di rumah sampai malam bahkan di akhir pekan). Mengingat hari ini adalah hari istimewa buat Ara, gue mau bikin dia seneng dengan menjemput dia dari sekolah. Gue udah ngebayangin betapa dia akan kaget karena yang menjemput dia di depan gerbang bukan mamanya seperti biasanya tapi hari ini gue yang jemput. Indahnya …

Tapi, ternyata justru gue yang mendapat surprise hari ini. Ketika gue mengambil tangan Ara dari gurunya di pintu gerbang, gue liat Ara menenteng gelas cola dari McD. Dari gurunya Ara gue dapet penjelasan bahwa hari itu ada temen Ara yang berulang tahun dan membagi-bagikan paket makanan dari McD ke kawan-kawan sekelasnya. Entah ada yang notice ato gak ekspresi di wajah gue pas dapet informasi itu. Terus terang gue kaget banget! Bukan kenapa-kenapa, setau gue dan sesuai yang tertulis di buku Parents’ Handbook yang dibagiin sekolah ke semua orang tua murid, sekolahnya Ara melarang perayaan ulang tahun di sekolah.

Entah apa definisi “perayaan” menurut manajemen sekolah Ara. Tapi, menurut gue, bagi-bagi happy meal ke temen-temen satu kelas pada jam sekolah itu termasuk “perayaan”, meski gak pake acara tiup lilin ato potong kue tart. Gue juga gak pernah mendapat pemberitahuan tentang adanya perubahan terhadap aturan tentang ulang tahun yang tertulis di parents’ handbook. Apakah gue yang salah memahami aturan itu sehingga gue mencoret opsi perayaan ulang tahun di sekolah meskipun kakak-kakak gue, yang juga bekerja sebagai manajemen di sebuah sekolah di Jl, Rasuna Said Kuningan, menganjurkan gue buat mesen paket McD buat dibawain ke sekolah dan dibagiin ke temen-temen sekelasnya Ara. Yang gue tahu dan gue usahain buat gue patuhin, ulang tahun gak boleh dirayain di sekolah TITIK

Mungkin hal ini gak akan jadi masalah besar bagi gue kalo yang berulang tahun pada hari ini cuma anak baik hati yang bagi-bagi happy meal di kelasnya Ara. Tapi hari ini juga hari ulang tahun Ara, yang karena orang tuanya berusaha memberi contoh untuk mematuhi peraturan sekolah, gak bagi-bagi apa-apa ke teman-temannya. (Gue bahkan melarang Ara untuk membahas apa pun yang terkait dengan rencana perayaan ulang tahunnya dengan teman-teman di sekolahnya).

Sekarang mari kita bareng-bareng coba tempatkan diri kita di posisi seorang bocah berumur lima tahun yang sedang berulang tahun berbarengan dengan teman sekelasnya, TAPIIIIII … temannya itu bagi-bagi makanan sedang dia gak … Gue bukan ahli psikologi anak dan gak pernah belajar psikologi anak, tapi gue yakin seyakin-yakinnya bahwa situasi itu bener-bener gak sehat buat bocah seumur Ara. Dia jadi merasa terbanding dengan si teman yang baik hati itu. Dan gue tau, itu bukan pengalaman yang mengenakkan … especially for a five-year-old …

Selasa, Maret 17, 2009

Ara Juara !


Hari Sabtu lalu, Ara ikut berpartisipasi dalam sebuah lomba renang di sekolahnya, Embun Pagi Islamic International School. Mengingat kemampuan Ara berenang yang belum seberapa, gue dan Tia sepakat bahwa cuma ada satu nomor lomba yang mungkin bisa diikutin oleh Ara. Jadilah kita isi di formulirnya: Lomba Mengambil Koin. Yup! Lomba ini mengharuskan pesertanya untuk menyelam sebentar untuk memungut koin dari dasar kolam.

Sejak malam sebelum tidur, Ara udah antusias banget dengan lomba yang akan dia ikutin itu. Dia pun sibuk melatih cara bagaimana mengambil koin dari dasar kolam. Jangan kira dia latihan di dalam kolam, karena kita gak punya kolam renang. Ara cuma pura-pura aja ada di dalam kolam dan berakting solah-olah dia ada di dalam air untuk jongkok memungut koin. Dengan senyum masih mengembang di wajahnya sambil membayangkan apa yang akan terjadi pagi harinya dalam lomba di sekolahnya, Ara pun naik ke tempat tidur.

Pagi harinya, Ara bangun masih dengan antusiasmenya untuk berlomba. Setelah mandi dan sarapan, Ara pun bersiap untuk berangkat ke sekolah. Sesampai di sekolah, Ara mendaftar ulang untuk jenis lomba yang akan diikuti seperti yang diminta panitia pelaksana. Acara berikutnya adalah seremoni pembukaan, termasuk sambutan-sambutan, yang kemudian dilanjutkan dengan persiapan lomba. Para peserta dipanggil satu per satu untuk duduk di kursi yang telah disiapkan, sedang yang lainnya berdiri berbaris menunggu giliran.

Panitia nampaknya telah merencanakan urutan pelaksanaan lomba. Pada giliran pertama adalah lomba-lomba untuk murid-murid tingkat Elementary, yang kemudian disusul oleh giliran untuk anak-anak Kindergarten dan terakhir adalah giliran untuk bocah-bocah Nursery. Jadilah Ara dan kawan-kawannya menanti giliran berlomba (yang ternyata gak sebentar, sehingga Miss Sari merasa perlu buat meng-entertain anak-anak dan bocah-bocah itu dengan berbagai kegiatan). Sampai jam 9.30, Ara yang sudah siap di sekolah sejak jam 7.30, belum mendapat giliran. Gue dan Tia merasa perlu untuk bertanya kepada Ara apakah dia mau terus menunggu gilirannya ato kita cabut aja ke les pianonya, yang harusnya mulai jam 10.00. Dengan mantap Ara memutuskan untuk stay di sekolahnya dan so be it. Ara dan kawan-kawannya pun dengan setia menanti. Mereka duduk di pinggir kolam memberi semangat kepada peserta lomba dan sekali-sekali menceburkan diri ke dalam kolam (dan bikin repot Uncle Imam, karena harus menggiring mereka keluar kolam).

Setelah matahari agak meninggi, akhirnya giliran untuk anak-anak Kindergarten pun tiba. Satu persatu mereka dipanggil untuk mengikuti lomba demi lomba. Untuk nomor lomba mengambil koin, Ara bersaing dengan Najwa dan Dita. Dengan semangat mereka berusaha untuk melihat ke dasar kolam untuk mencari koin dan, setelah memberanikan diri, berusaha memungutnya. Ara dan Dita menghabiskan waktu dua menit untuk mengumpulkan dua koin. Ara seneng banget karena dia merasa menang dan akan menjadi juara.

Selesai lomba, ternyata kita masih harus menunggu lagi untuk proses pemberian medali. Panitia harus melakukan rekap hasil lomba (d’oh!). Ara yang telah selesai bilas dan salin pakaian pun menghabiskan waktu bermain-main dengan teman-temannya. Hari semakin siang, namun hasil lomba untuk siswa Kindergarten belum juga selesai direkap, tapi lomba untuk siswa Nursery yang selesai belakangan justru sudah diumumkan duluan. Mungkin emang lagi dilatih bersabar hari itu. Akhirnya pengumuman pun keluar dan nama Ara pun dipanggil sebagai pemenang medali perak setelah nama Dita sebagai pemenang medali emas dan diikuti oleh nama Najwa sebagai pemenang medali perunggu. (Gue sempet mempertanyakan hasil ini, tapi ternyata gue yang salah, hehehehe … Maaf ya, mama Dita, Uncle Andi and Uncle Imam, jadi malu …). Ara benar-benar senang hari itu. Berkali-kali dia bilang, “Ara juara! Ara juara!” Sambil lari-lari keliling halaman sekolah bawa-bawa sertifikat lomba yang baru dia dapet. Apa lagi setelah dia mendapatkan medali. Tapi karena hari udah siang bener dan kita masih ada beberapa agenda lain hari itu, termasuk bayar iuran les pianonya Ara supaya gak telat bayar dan kena denda, kita pun segera cabut dari sekolah.

Sepanjang jalan Ara gak berhentinya bilang, “Ara juara! Dapet … apa tadi namanya, Yah?” Gue dengan senang hati mendiktekan pelan-pelan, “Ser … ti …. fi ... kat” serta “me … da ... li ...” yang diulangi dengan seksama oleh Ara setiap suku katanya. Kayaknya ada salah konsep di benak Ara. Yang dia maksud “juara” ternyata adalah ertifikat dan medali yang dia dapet dari sekolah. Jadi di rumah, dia bolak-balik nanya ke mamanya, “Juara Ara mana tadi, Ma?” dan meski udah berulangkali dijelasin, dia masih tetap ngotot sama konsepnya sendiri. Yasudlah … as long as you are happy, fine with me … Congratulations ya, nak …

Jumat, Februari 27, 2009

Paracetamol vs. Ibuprofen

Udah seminggu Ara sakit. Semula gue dan Tia pikir cuma flu ato pilek biasa, jadi kita gak terlalu khawatir. Tapi setelah tiga hari panasnya gak juga hilang, kita baru mulai khawatir dan akhirnya kita bawa Ara ke dokter anak yang megang dia sejak bayi, yang kebetulan juga masih Omanya. Setelah diperiksa, ternyata Ara menderita radang tenggorokan.

Tapi ada pengalaman yang juga menjadi pelajaran buat gue dan Tia. Pada awal-awal Ara panas tinggi, kita kasih dia obat turun panas yang berbasis Paracetamol. Pertimbangannya saat itu adalah karena menurut artikel tentang DBD yang klipingannya kita tempel di pintu kamar, kalo kita khawatir anak kita kena DBD, obat turun panas yang harus digunakan adalah yang berbasis Paracetamol. Emang sih, kita beneran khawatir kalo-kalo Ara kena DBD (kita bahkan bawa Ara ke lab gak jauh dari rumah buat periksa darah), karena itu kita ambil langkah preventif dengan memilih obat turun panas berbasis Paracetamol.

Siklus panas Ara selama tiga hari pertama lumayan pendek. Obat turun panas kita kasih sesuai aturan, yaitu paling cepet 3 jam sekali (tapi biasanya kita tunggu sampe 4 jam). Setelah botol pertama habis, panas Ara ternyata malah tambah parah dengan siklus yang semakin pendek, sampe-sampe kita memutuskan untuk dikompres juga. Sampai suatu malem kita jadi panik karena Ara semakin panas padahal baru 2 jam dikasih obat turun panas. Saat hampir panik di tengah malam itu, gue telepon sepupunya Tia, dr. Bintari Puspasari, SpOG, buat minta saran. Gue disaranin buat ganti obat turun panas dengan yang berbasis Ibuprofen. Langsung aja malem itu gue ngebut dengan Vario gue ke Apotik K-24 di Jl. Pondok Kelapa dan gue beli 2 botol sekaligus, sementara Tia nunggu di rumah sambil terus mengkompres badan dan kepala Ara. Begitu sampe, kita langsung kasih obat turun panas yang baru gue beli itu ke Ara dan Alhamdulillah panasnya berangsur turun.

Pelajaran berharga yang gue dapet malem itu adalah bahwa ternyata Ibuprofen jauh lebih tepat untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh peradangan seperti yang diderita oleh Ara (paling gak ini yang gue dapet dari hasil browsing di beberapa situs tentang kesehatan anak). Tetapi yang harus diingat juga adalah kalo anak kita panas karena DBD, yang harus kita kasih adalah obat turun panas yang berbasis Paracetamol, karena menurut klipingan gue itu Ibuprofen malah akan bikin keadaan tambah parah. Pasti gak ada yang mau hal itu terjadi. Kalo sampe gue menghadapi keadaan ini lagi, mungkin langkah yang gue ambil akan tetep sama. Yang akan gue kasih pertama kali adalah obat turun panas berbasis Paracetamol, just in case ternyata panasnya disebabkan oleh DBD. Kalo ternyata panasnya gak juga hilang dan diagnose dokter adalah radang, maka gue gak akan ragu buat segera ganti dengan obat turun panas berbasis Ibuprofen.

Ara sudah mulai berangsur sembuh sekarang. Dia masih batuk-batuk, tapi udah gak perlu dikasih obat turun panas lagi. Dia juga udah mulai bisa bercanda dan ketawa-ketiwi lagi. Rumah yang sempet sepi karena gak ada suara cerewetnya Ara atau suara ketawanya yang bikin orang ketularan ketawa, sekarang udah mulai rame lagi. Alhamdulillah …